DEJA VU



Di kalangan para psikolog ada fenomena yang disebut Deja Vu, yaitu suatu gejala peristiwa yang rasanya pernah dialami padahal tidak pernah dialami. Misalnya, ketika berjumpa dengan seseorang untuk pertama kalinya, kita merasa telah akrab dengan orang itu. Seolah timbul keyakinan bahwa kita pernah bertemu dengannya sebelumnya entah kapan dan dimana. Atau ketika bertandang ke suatu tempat lalu kita merasa pernah mengunjunginya sebelumnya meski nyata-nyata itu adalah kali pertama kita ke tempat tersebut.

Dalam buku Psikologi Komunikasi, pada bab Hubungan Interpersonal, disebutkan ada hal-hal yang membuat orang simpati kepada kita. Salah satunya adalah similarity atau kesamaan. Kalau seseorang sama dengan kita, maka akan timbullah kecintaan kita kepadanya. Sebaliknya, kalau kita ingin dibenci, berbedalah dalam segala hal. Menurut Al Ghazali, hal ini sudah merupakan sesuatu yang alamiah, sudah menjadi tabiat kita untuk mencintai yang sama dengan kita.

Kesamaan hati, fikrah dan gerakan yang berangkat dari kesamaan risalah yang diajarkan oleh manusia yang sama, manusia mulia, Muhammad Rasul Allah menjadikan setiap mukmin mempunyai ikatan hati yang begitu kuat, sekuat genggaman Allah. Allah lah yang menyatukan hati orang-orang beriman. "Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Anfaal: 63).

Maka tidaklah mengherankan, meski belum saling mengenal satu sama lain, senyum dan pelukan hangat menjadi sambutan yang lazim saat mukmin satu dengan mukmin yang lain bertemu. Dalam dada mereka terdapat satu ikatan yang jauh sebelumnya sudah terpancang kuat sehingga setiap perjumpaan dengan saudara mukmin, ibarat pertemuan kembali setelah perpisahan yang begitu lama. Ada rasa dan haru yang begitu dalam, ada cinta dan kasih yang begitu indah yang tumbuh begitu saja.

Seperti cintanya kaum Anshar saat menyambut kedatangan Rasulullah dan para sahabat Muhajirin ke Madinah. Hanya orang-orang munafik saja yang menyambut dengan kehangatan hampa, namun bagi orang-orang mukmin, setiap perjumpaan dengan saudara-saudara mukmin adalah seperti para pengembara di gurun yang menemukan oase. Mereka jadikan kebersamaan dengan saudara mukmin sebagai pelepas dahaga penyejukan dan pencerahan iman satu sama lain. Maka, kerinduan akan setiap perjumpaan dengan saudara-saudaranya kerap menjejali setiap sudut relung kalbunya.

Orang-orang mukmin, tentu tidak cukup jika kerinduannya hanya sebatas kepada sesama mukmin. Dalam hatinya tetap terpatri kerinduan yang teramat dalam kepada Rasulullah Muhammad saw dan senantiasa berharap akan perjumpaan dengan manusia agung itu. Orang-orang mukmin senantiasa berusaha meneladani sikap Rasulullah dalam setiap segi kehidupannya. Semuanya, tentu dilakukan atas dasar kecintaan yang didasari kesamaan tadi. Bahwa, kesamaan akan menumbuhkan cinta. Bahwa kesamaan tutur dan sikap dengan Sang teladan diharapkan akan membuahkan cinta yang agung dari Rasulullah saw. Sehingga di akhirat kelak, Rasul kekasih Allah itu akan mengenali orang-orang yang mencintainya dan berusaha meneladaninya. Tentu saat perjumpaan dengan baginda Nabi itu terwujud -Allahumma amiin- ada rasa yang begitu berkesan bahwa sebelumnya kita pernah berjumpa dengannya.

Setelah itu, cita-cita tertinggi seorang mukmin adalah perjumpaan dengan Tuhannya. Konon, nikmat yang tak ternilai dan terindah dibanding segala nikmat yang bakal diterima para ahli surga adalah perjumpaan dengan Allah, bahwa Allah akan membuka tabirnya khusus bagi orang-orang yang beriman yang telah dipersilahkan masuk ke dalam surga-Nya yang indah. Maka bayangkanlah saat-saat kerinduan yang teramat penat ini terbalaskan dengan hadirnya Wajah Agung dihadapan kita. Bayangkan saat Allah membalas senyuman kebahagiaan hamba-hamba-Nya dengan penuh hangat. Tentu, saat Dia mengizinkan orang-orang mukmin melihat keagungan wajah-Nya, para mukminin ahli surga itu merasa inilah (wajah) yang selama ini dekat dengannya. Wallahu a'lam bishshowab 

eramuslim

No comments:

Post a Comment