Menjadi Guru yang Dirindukan Siswa

Istilah guru bisa diartikan digugu lan ditiru (dipercaya dan diteladani). Artinya, sosok guru sangat dipercaya oleh siswa dan segala perilaku guru dicontoh anak didiknya. Dalam pengertian itu, seorang siswa selayaknya mematuhi apa yang dikatakan dan diperintah guru.

Kenyataannya, yang demikian itu tidak selalu terjadi. Kondisi siswa yang heterogen sangat memungkinkan terjadinya suasana yang kurang bisa diharapkan.

Dalam satu kelas, ada beberapa tipe siswa. Ada, misalnya, tipe siswa yang sangat patuh. Tipe siswa inilah yang sering diharapkan pendidik. Guru tidak akan dibuat pusing oleh siswa tipe ini. Seandainya semua siswa dalam kelas termasuk tipe ini, alangkah tertibnya kelas dan betapa membahagiakan kondisi seperti itu.

Namun, dalam kelas hampir selalu ada siswa tipe lain. Yakni, siswa tipe tidak patuh dan sulit diatur. Dengan kehadiran siswa tipe tersebut, tidak mudah bagi seorang guru untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang nyaman.

Keberadaan dua tipe siswa yang bertolak belakang tersebut menciptakan perbedaan psikologis, khususnya kondisi emosi, guru terhadap siswa. Jika guru mengajar siswa tipe pertama, suasana hati guru senang. Sebaliknya, jika akan mengajar kelompok siswa tipe kedua, guru akan merasa terbebani. Bahkan, tak jarang guru merasa berat hati mengajar kelompok siswa tipe tersebut.

Kondisi begitu ternyata memengaruhi metode pembelajaran terhadap siswa. Guru cenderung memilih metode pembelajaran yang kurang sistematis. Sebab, guru berpikir percuma menerapkan metode pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Akibatnya, penyampaian materi jadi amburadul dan tidak sistematis. Dampaknya, siswa tidak memperoleh pengalaman belajar sebagaimana yang diinginkan guru setelah proses mengajar.

Jika kondisi begitu dibiarkan, apalagi kalau sampai menjadi model pembelajaran si guru, bisa dipastikan siswa tidak akan belajar. Siswa akan bosan dan ujung-ujungnya tidak menyukai si guru dan pelajaran yang diajarkannya.

Padahal, bila siswa tidak menyukai pelajaran, sulit diharapkan mereka berprestasi dalam pelajaran tersebut. Demikian pula, jika siswa tidak menyukai guru, jangan harap mereka berdisiplin saat si guru mengajar. Guru akan kian sulit mengelola kelas. Suasana kondusif untuk belajar akan kian sulit diciptakan.

Kalau sudah begitu, tak jarang guru akan mengambil jalan kekerasan. Bisa marah, memukul, membanting pintu, bahkan keluar dari kelas. Jika itu terjadi, bukan suasana kondusif yang muncul, tapi kebencian siswa terhadap guru kian menumpuk. Doa buruk mungkin akan dilontarkan siswa terhadap gurunya dalam kondisi tersebut. Bahkan, mungkin saja guru akan dikeroyok siswa, dilaporkan ke polisi, dan lain-lain.

Tentu, yang begitu tidak seharusnya terjadi. Pertanyaannya, bagaimana solusinya? Sebagai guru, kita harus siap menghadapi segala tipe siswa dalam kelompok siswa yang heterogen. Kita harus menyadari bahwa siswa adalah individu yang unik. Siswa mungkin tidak mengerti apa yang harus mereka lakukan. Gurulah yang harus menciptakan kondisi agar siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan. Di sinilah peranan penting pemilihan metode pembelajaran yang tepat.

Kian kreatif guru memilih metode pembelajaran tiap kali menyampaikan materi, kian kecil kemungkinan siswa bosan mengikuti pelajaran. Guru akan lebih mudah menciptakan suasana kondusif dan siswa akan lebih mudah dikondisikan. Pengelolaan kelas akan berjalan dengan baik. Dampaknya, siswa akan belajar setelah guru mengajar.

Jika hal itu sudah tercipta, kita akan lebih mudah menaklukkan siswa. Siswa akan merindukan kehadiran guru di kelas. Siswa akan haus materi pelajaran yang dibawakan si guru. Bisa dibayangkan, betapa indah saat kita berada di posisi guru yang dirindukan siswa.


Oleh Winarsih

Berapa kali mata berkedip dalam sehari?

Setiap hari Anda berkedip sebanyak kira-kira 15.000 kali. Tanpa Anda sadari, setelah membaca tulisan ini, Anda telah berkedip beberapa kali. Kemungkinan besar Anda tidak pernah menyadarinya dan Anda terus-menerus melakukannya.

Mengapa mata Anda berkedip begitu sering dalam sehari? Tujuannya untuk melindungi kedua bola mata  Anda. Dalam prosesnya, Anda mungkin juga telah memberi petunjuk-petunjuk tanpa Anda sengaja mengenai cara kerja otak Anda.

Kedipan rutin tujuannya agar air mata membasahi permukaan mata yang mengering. Dengan satu atau dua kali berkedip per menit seharusnya sudah cukup untuk melakukan pekerjaan mencuci dan memoles mata.

Berkedip juga menggambarkan emosi dan perasaan Anda. Sebagai contoh, perasaan cemas membuat Anda berkedip lebih banyak. Jika Anda panik, maka tanpa Anda sadari, mata Anda akan berkedip lebih banyak dibanding situasi normal. Menarik bukan mengenai kedipan mata Anda yang memiliki banyak manfaat.

Ayam Lebih Jago Membedakan Warna!

Para peneliti di Washington University School of Medicine di St. Louis, USA baru saja melaporkan penemuan mereka tentang disain biologis luar biasa yang ada di mata seekor ayam. Ternyata, seekor ayam memiliki lima jenis reseptor cahaya di matanya. Hebatnya, kelima reseptor tersebut terjalin sedemikian rapinya sehingga kesemuanya ada di seluruh bagian retina, sementara reseptor yang sejenis tidak ada yang saling bersebelahan. Subhanallah, puji Tuhan! Jalinan kelima reseptor yang demikian rapinya membuat seekor ayam dapat melihat banyak sekali warna di bagian manapun di retinanya.

Menurut Joseph C. Corbo, MD, PhD, seorang penulis senior yang merupakan seorang asisten profesor dalam bidang patologi dan imunologi serta dalam bidang genetik, pengaturan reseptor warna yang sedemikian rapinya sangat jauh melampaui apa yang terdapat di retina mamalia, termasuk manusia. Akibatnya, ayam lebih baik dalam membedakan warna ketimbang manusia! (Wah, untung ayam tak dapat membuat test buta warna, bisa jadi kita tak lolos test yang mereka buat lho - red)

Retina manusia memiliki reseptor yang sensitif terhadap panjang gelombang untuk warna merah, hijau, dan biru (RGB - Red, Green & Blue). Sementara retina ayam (atau unggas), selain memiliki reseptor untuk panjang gelombang ketiga warna tersebut, juga memiliki reseptor yang dapat mendeteksi panjang gelombang untuk warna ungu (violet) - termasuk ultraviolet - dan sebuah reseptor ganda yang diyakini oleh para peneliti membantu unggas untuk mendeteksi gerakan.

Susunan kelima reseptor yang tersebar merata di seluruh retina dan tak adanya reseptor sejenis yang saling bersebelahan memberi petunjuk adanya aturan yang berlaku menyeluruh, bahwa setiap reseptor dapat saling berdekatan, kecuali dengan reseptor sejenis. Dan ini dapat membantu para peneliti mempelajari kemampuan penglihatan manusia. Prof. Corbo pun menyatakan bahwa mereka berencana untuk mengembangkan penelitiannya ini untuk dapat dikaitkan dengan pemanfaatan stem cell dan teknik lain agar mampu menyembuhkan hampir 200 jenis kelainan genetik yang menyebabkan kebutaan. Semoga di kemudian hari saudara-saudara kita yang terkena gangguan penglihatan dapat menikmati hasil penelitian ini dan mampu melihat gemerlapnya dunia dengan terang benderang! Amiin…

Science Daily 2010